Selasa, 05 Februari 2008

PERAMPOKAN BIS PADA PAGI BUTA

Ada pepatah Jawa yang mengatakan “Menang Tanpa Ngasorake” yang dapat di artikan menang tanpa harus mengalahkan. Cerita kriminal ini adalah fakta yang pernah aku alami sendiri dalam menghadapi kehidupan kerasnya Ibu kota. Untuk menjaga sesuatu hal yang mungkin terjadi pada diri kita haruslah cerdik untuk mencari celah menyelamatkan diri.



Kejadian ini sudah lama terjadi tetapi sampai saat ini saya masih ingat dan dapat menceritakan kepada Anda yang membaca artikel ini. Barangkali bacaan ini dapat memberikan gambaran atau tindakan apa jika hal yang tidak diinginkan seperti ini menimpa Sobat-sobat atau keluarga kalian agar lebih berhati-hati dan tidak panik.

Anak kampung.

Aku adalah seorang pendatang dari sebuah kampung kecil di Jawa Tengah bagian selatan tepatnya Jatilawang Banyumas. Yang mencoba untuk menggadaikan hidup di kota besar seperti Jakarta. Seperti impian orang-orang daerahku yang berkhayal bahwa kota besar seperti Jakarta itu mempunyai magnit tersendiri, dengan harapan akan mendulang rupiah dan sukses untuk massa depan.

Diterima kerja disebuah kawasan perniagaan Mangga Dua Jakarta membuat aku terbiasa menaiki beberapa angkutan umum yang memang banyak melayani rute tersebut. Dari kereta api, bis kota dan mikrolet dan angkutan umum lainnya. Tentu dengan menggunakan angkutan umum yang banyak digemari masyarakat, itu aku banyak sekali mengalami berbagai pengalaman kriminal.

Libur panjang!

Suatu kebiasaan warga di daerahku adalah mudik ke kampung halaman, hal ini bukan hanya pada saat Hari Raya seperti Idul Fitri maupun Idul Adha saja. Tetapi jika ada hari libur panjang umpanya libur tahun baru aku dan teman-teman pulang kampung karena rindu kampung halaman yang masih lekat dibenak (setinggi-tingginya bangau terbang pasti akan hinggap jua).

Awal cerita adalah sepulang libur tahun baru seperti biasa, saya menggunakan angkutan Bis Antar Kota Antar Propinsi (AKAP) dengan jadwal keberangkatam malam hari dengan pertimbangan jika malam cuaca tidak panas, kita bisa lebih banyak istirahat, dan yang paling penting sampai Jakarta pagi hari dimana kita menghadapi siang yang tidak terlalu menakutkan. Bis berangkat dari Jatilawang sekitar jam 18.00 malam dan sampai ke Terminal Pulogadung jam 03.00 pagi.

Karena masih terlalu pagi saya putuskan untuk menunggu waktu hingga pukul 05.00 pagi. Sambil minum segelas kopi dari gelas plastik yang dijajakan oleh Si Mbok penjual minuman kopi keliling, terdengarlah sayup-sayup kondektur menawarkan jurusan Pulogadung-Senen-Kota yaitu bis reguler dengan nomor 905. Bis kota ini sering disebut bis kalong karena berangkat masih gelap dan tarifnya kadangkala minta dua kali tarif siang, hal ini biasa aku dapat memakluminya karena mungkin sopir dan kondektur berangkatnya juga masih pagi dimana orang-orang masih terlelap.

Pada saat menaiki bis nomor 905 ini keadaan normal saja dengan bangku deretan depan tengah sudah terisi tinggal aku mendapat bangku deretan paling belakang hanya selisih satu orang dari dinding bis. Kebetulan orang yang disebelah saya perantau asal Solo yang sebelumnya sudah saya ajak ngobrol-ngobrol.

Ya Allah……ada sekitar 8 orang perampok beraksi di dalam bis yang aku tumpangi.

Bis berjalan pelan-pelan merayap keluar dari Terminal Pulo Gadung karena kebetulan jalanan depan terminal memang macet. Dengan badan yang agak lemas dan baju lusuh karena aku baru melakukan perjalanan jauh aku selonjorkan kaki ke kolong jok. Sambil sedikit mengobrol dengan orang disebelah.

Sekelebat aku melihat tiga orang berdiri kemudian berjalan mondar-mandir kelihatan sedang melihat keadaan penumpang, aku tidaklah curiga dengan kelakuan orang tersebut. Setelah saya perhatikan ketiga orang tadi berpencar satu orang mendekati sopir bus, satu orang menuju pintu depan bis dan satu menuju pintu belakang bis.

Dengan mengatakan tenang kepada kondektur bis yang dipintu belakang sebilah pisau ditempelkan ke lehernya. Dengan kode tertentu berdirilah lima orang lagi yang semula duduk tenang, berteriak-teriak membuat kegaduhan…… dengan garangnya…. menggertak …seluruh ...penumpang, ....berdiriiiii………….berdiriiii…….berdiriiii……. semua orang dipaksa berdiri, jangan melawan… keluarkan dompetmu…..

Aku diuntungkan dengan posisi duduk dibagian belakang sehingga aku memahami sebenarnya apa yang sedang terjadi, Massa Alllah….. bis ini dirampok oleh segerombolan penjahat tanpa ada yang berani melawannya.

Ingat cerita guruku tentang kancil yang cerdik dan nasehat bapakku tentang pepatah jawa “Menang Tanpa Ngasorake” yang dapat di artikan menang tanpa harus mengalahkan. Aku membuat langkah untuk menyelamatkan diri agar tidak mengalami banyak kerugian dengan jalan aku lempar dompet ke lantai bis kemudian diinjak dengan sepatu. Saya sisakan uang di blue jeans beberapa lembar ribuan.

Pada saat giliranku di geledah perampok hanya mengambil uang ribuan yang ada di saku blue jeans saja. Sedangkan dompet dan jam tangan yang merupakan barang yang berharga bagiku selamat tidak diambil. Lain lagi dengan sahabatku yang disebelah, ia menjulurkan baju panjangnya dan jaketnya yang panjang sehingga perampok tidak mau berlama-lama menggeledah baju dan jaketnya. Dompet dan barang berharga temanku juga selamat.

Aku bersyukur bahwa selamat, tetapi penumpang yang lain terutama ibu-ibu bese-senggukan menangis karena bekal uang yang ada didompetnya diambil. Lebih malang lagi dompet yang sudah diambil dilempar sembarangan oleh perampok jika masih tertinggal di bis masih di bisa diambil akan tetapi jika terlempar keluar jendela sangat mengesalkan sekali.

Semua perampok turun di lampu merah pertigaan jalan Pemuda dan jalan Raya Bekasi. Yang jadi pertanyaan dalam benak saya adalah, orang-orang yang dirampok ini kan warga biasa yang datang ke Jakarta dengan bekal pas-pas san. Bagai mana ia bisa melanjutkan perjalanan jika seluruh uangnya di rampok?.

Tapi yang lebih salut kepada kondektur dan sopir bis 905 karena keduanya tidak marah walaupun tidak dibayar oleh penumpang yang menjadi korban perampokan. Di Jakarta yang kejam tetapi masih ada orang yang baik hati.

Trik mengamankan diri jika naik kendaraan umum yang rawan.

Hati-hati dengan orang yang suka membuat kegaduhan, contoh : pura-pura berantem, pura-pura muntah-muntah, pura-pura kaki kram, melempar uang recehan, menghalangi pintu pada saat turun dari bis. Hal ini mereka lakukan untuk mengalihkan perhatian kita, sehingga menjadi lengah.

Mata seorang penjahat itu kelihatan, biarpun penampilan bisa dibohongi tetapi mata mereka kelihatan penuh selidik. Dia akan mengawasi sekelilingnya mana orang yang akan dijadikan mangsa atau dia juga melihat keadaan jangan-jangan ada anggota Polisi atau anggota TNI yang kemungkinan dapat menggagalkan operasinya.

Jika perampokan terjadi terang-terangan kita hadapi dengan penuh hati-hati, tidak panik, cari akal apa saja yang bisa menyelamatkan kita, tidak perlu dilawan karena mereka niatnya merampok jadi siap dengan kekerasan apapun dengan semua resikonya. (Kecuali Anda Jawara, seperti tidak mempan senjata tajam perampok boleh dilawan dan semua orang akan angkat topi Anda sebagai pahlawan). Jadi sayangi Jiwa Anda.

(mudah-mudahan pengalaman ini ada manfaatnya)

Cerpen lainya: Modal cinta untuk Menikah

1 komentar:

noki afandi mengatakan...

klau noki bepegian jauh sih biasanya cuma bawa uang pas dan kartu atm. klau dompet dan jam tangan udah dimasukkan kedalam tas. adi klau digeledah cuma ada duit untuk perjalanan